Diary

Sering kali melamun, sebetulnya pembatasan sosial yang menyebabkan 90% di rumah aja selama 7 bulan terakhir nih bikin ada 'gangguan' nggak ya untuk psikis?

Agak aneh sebetulnya membahas tentang ini karena sebelum datangnya pandemi Covid-19 pun diri ini nggak banyak kegiatan di luar rumah dan baik-baik saja. 😛

Bedanya kalau tujuh bulan terakhir ini tuh ditambah gangguan semacam ancaman yang bisa menjurus ke kematian. Ya, manusia normal mana sih yang nggak takut akan kematian? Ehm, mungkin ada. Tapi yang percaya ada kehidupan setelah kematian pasti takut. Sekecil apapun dosa juga pasti akan dapat balasan.

Dua bulan pertama PSBB Jakarta stres banget, b a n g e t. Karena pekerjaan sih. 😫

Rasanya dihantui mulu dengan pekerjaan. Masuk di bulan Mei mulai berkurang stres nya, ditambah ada rutinitas baru yang aku yakini bikin diri ini nggak stres / tertekan lagi.

dear diary

Dimulai dengan buka notebook lama lalu tulis tanggal di tengah halaman yang setelahnya ditebalkan dengan mildliner warna merah. Di bawahnya menuliskan aktivitas apa aja yang dilakuin dalam satu hari. Beberapa minggu kemudian ditambah dengan nempelin sticker yang baru aja dibeli dari online shop. Hingga saat ini, menulis diary menjadi rutinitas yang tidak terlewat. Dan itu sangat menyenangkan.

Bayangkan, nggak semua orang punya keberanian untuk mengungkapkan perasaan yang dipendam kepada orang lain. Baik itu ke sahabat, orangtua, ataupun pasangan. Dalam kondisi seperti ini, semua orang punya keluh kesah masing-masing. Bisa jadi yang tadinya kita yang mau curhat ke orang lain, justru dicurhatin balik sebelum keluh-kesah di hati sepenuhnya hilang hehe.

Dan jujur saja dalam lubuk hati yang terdalam, itu mengecewakan bukan?

Kalau kita menulis, untuk kita dan dari kita, akankah kecewa? Untuk tau jawabannya, ya harus dicoba terlebih dahulu.

Sejauh ini aku tidak menyesal. Tidak munafik sering kali timbul rasa sedih dan kesepian, namun itu sirna setelah membolak-balikan kembali buku diary. Rasa hampa itu wajar, namun tetap ingat bahwa di hari-hari sebelumnya pernah ada keceriaan atau kegembiraan dalam hidup. Sehingga tidak seharusnya meratapi kesedihan begitu mendalam untuk satu hari.

Sering kali aku mempertanyakan ke diri sendiri "aku tuh aneh nggak ya?", hanya karena suka banget sama nulis diary terus tempel-tempel stiker, sticky notes, memo pad, ataupun washi tapes. Karena di kehidupan 'nyata', aktivitas ini seperti kuno dan nerd?

Setiap harinya aku nggak melewatkan nonton video journaling di Youtube, konten di Instagram, cek produk terkait di Shopee. Komunitas pecinta diary atau journaling cuman bisa melalui online. 💔

Yang lain pusing mau beli gadget terbaru, fashion, atau ngopi cantik, jalan-jalan, dan sejenisnya. Aku tuh bingung mau ngabisin stiker yang udah dibeli gimana ya soalnya mau jajan stiker yang lain lagi. 😔

2020 tinggal dua bulan lagi, aku tetap mau melanjutkan aktivitas menulis diary karena asik banget! 2021 bakal jadi tahun yang 'baru' lagi. Aku pengin mengenang 2021 melalui tulisan sehingga bisa jadi bahan introspeksi dikala hati penuh kegelisahan ataupun terlampau bahagia. 😊

Jadi, kamu kapan mau mulai nulis diary? :)

Comments